plinplanplunplenplon

anggapan g semakin terbukti bahwa manusia adalah mahluk biadap, bejat dan jahanam. bagaimana tidak, untuk kesekian kalinya terdapat artikel yang mengetengahkan tentang kebringasan manusia terhadap sesama mahluk hidup yaitu binatang. di kompas hari ini muncul ulasan berjudul berondongan peluru itu membuatnya trauma yang tidak lain adalah artikel mengenai leuser, orangutan sumatera asal taman nasional gunung leuser. artikel menyebutkan leuser diberondong sampai 62 peluru! dari mulut senapan angin sekawanan pemburu. 18 peluru bersarang di leher, dagu dan kepala dan 17 peluru ada di sekitar alat kelamin juga anus. sementara mata leuser juga menjadi target tembakan yang mengancamnya menjadi buta. terus terang g tidak percaya sewaktu membacanya. mahluk macam apa yang sampai hati memberondong binatang hingga seperti itu. entah apa yang ada dalam pikiran mereka, yang pasti orang2 itu tidak pantas lagi disebut manusia. belum juga puas menyiksa mahluk hidup ini dengan peluru, di lengan juga kaki

tak akan terga nti setia p kenangan yang te lah terukir karena terlalu melekat di hati

benar2 dagelan kantor ini. setelah maret kemarin divisi g mengalami restrukturisasi dan berakibat merger dengan bagian lain, sekarang diputuskan untuk pisah dan merger dengan bagian yang lain lagi. maksud loeh?!.. alasannya karena seharusnya bagian g ini sejak awal memang berdiri sendiri. hah?!.. buat apa kemarin direstrukturisasi??.. kok berasa jadi mainan sih. sekalian aja dihapus biar tambah seru dan lucu. dan yang lebih menyebalkan meski dikembalikan lagi menjadi divisi yang berdiri sendiri, bosnya tetap stok lama alias bos g yang dahulu kala. bukannya apa2, kalau dia bisa memperjuangkan program2 tempat g yang notabene tak berdonor sehingga kadang menguras kas keuangan kantor, g akan menerimanya kembali dengan senang hati. tapi sejauh ini g mengenal reputasinya yang begitu2 saja. malah dia dikenal tidak disukai bos besar sehingga tidak sedikit ide2nya yang juga dimentalkan. tapi dari semua hal yang mengganggu sebenarnya bukan keputusan bos2 besar yang terkadang dagelan, tapi kenyat