Posts

Showing posts from October, 2010

Hujan Angin

hujan yang tak biasa. tidak lagi jatuh lurus menimpa bumi, tapi hujan kocar kacir diterbangkan angin. aku amati dari balik jendela. jelas betul angin mengguncang hujan kesana kemari. seperti dedaunan yang diterbangkan kipas angin sampai melayang tak keruan. seseorang berseru aku dengar. bicara hujan yang aneh. ku bayangkan sosok wajah tengah memandang aneh fenomena alam yang berbeda dari biasanya. hujan angin. begitu hebat. begitu perkasa. Membuatku terjebak dari pelarianku malam ini.

Dewa Langit Malam

Aku ingat kami menertawakannya. Seakan ia guyonan hari itu. Dagelan yang tak ada habisnya. Tawa kami seperti berlomba. Seakan waktu belum lelah dan malam belum mau menutup tirainya. Kedatangannya betul-betul tak diduga dan menjadi kejutan yang menarik. Aku ingat kami ada disini. Ia disana, Tak mengerti sedang apa. Ia juga tidak mendengar tawa kami yang menggema di lorong malam. Justru ketika ia yang seharusnya terbelalak dan bukan kami yang semestinya menyudahi hari itu. Tawa itu berhenti esoknya. Seperti ada hujan perintah yang jatuh dari langit, kami terdiam. Sosoknya sungguh anggun dengan dada membusung. Wajahnya yang bercahaya setidaknya membungkam diriku. Ia jelmaan dewa langit kelam. Ia penguasa malam dan setiap mahluk di dalamnya. Siang begitu iri ingin merenggutnya. Dan aku begitu terpukau dengan keangkuhannya yang menentramkan. Ia segera menarik perhatian kami ketika bumi belum lagi lelah memutar roda hidupnya. Ia penggoda yang menghidupi jiwa kami. Betapa satu hari yang

Sia-Sia

mendambakan jari-jari lentikku menari di atas tuts-tuts piano, itu tidak mungkin. berlari melewati setiap pijakan menuju puncak gunung, aku tidak sanggup. mengulang setiap waktu yang telah berjalan, itu sia-sia. membunuh setiap napas geloraku, aku tidak bisa. dan sampai kapan pun, semua ini tidak mungkin. karena aku tidak sanggup dan (tetap) tidak bisa. semua ini, sia-sia.

Permainan

katanya permainan ini mudah. tak perlu kerja keras. tak perlu berpikir tentang beban. buat apa juga, hidup ini terlalu pendek untuk dipusingkan bukan? permainan ini tidak mengenal aturan. singkirkan hati. buang logika, hanya jangan jauh-jauh. lupakan harga diri. otak juga hanya perlu separuh, tapi tetap dipakai secara maksimal. beribu orang sudah menjajal permainan ini. sebagian besar tidak berkeluh kesah. semua menang. permainan ini memang bukan untuk pengalah dan untuk kalah. seperti mencium aroma sebotol bir smirnoff, permainan ini begitu memabukkan. sekali teguk ingin lagi. sekali cicip ketagihan. walau hanya permainan, bukan berarti tidak sungguh-sungguh dijalankan. permainan seperti ini juga tidak perlu komitmen dari sang pemain, hanya meluangkan waktu saja yang syaratnya harus terbebas dari berbagai belenggu. syarat-syarat ini dijalankan, maka Anda layak bermain. selamat bermain!...

Adem

hujan tahu maknanya. makanya malam itu ia tak kunjung berhenti. rintiknya jadi alunan merdu yang menari di telingaku. dia mengademkan hatiku. seperti untaian katamu yang kurangkai jadi puisi. kuselipkan semua di saku hatiku. biar dia meradang disana. buat hatiku berbunga-bunga. sampai dia menjadi layu (kembali)..

diam

diam. itu yang ku butuhkan. redam. itu yang harus ku lakukan. lepaskan. itu maksudku. tapi semua seperti bintang di jakarta. redup jiwanya. lelah sinarnya. aku seperti tak kuasa dan kacau. aku tahu aku butuh diam. aku tahu aku harus redam. aku begitu ingin lepaskan supaya sedih ini tidak abadi. aku lulus, itu katanya. lalu aku menangis dalam senyumku. seandainya semua ini begitu mudah..

tarung

Aku adalah ombak yang terombang ambing dihempas naga laut. Raja rimba lautan itu bikin aku terhuyung-huyung. Pandanganku dikepung oleh tinta hitam raksasa yang semakin beriak dan memusingkan akibat ulahnya. Tanpa sadar aku tersedot ke dalam pusaran kuasanya seakan aku terpenjara. Karang-karang kokoh abdi si raja rimba betul-betul tak memihakku. Mereka memantulku tanpa belas kasih seakan aku musuh bebuyutannya. Sebentar lagi pasti aku jatuh tersungkur. Dan dermaga yang kusasar belum lagi menampakkan wajahnya. Tiba-tiba ekor raksasa si raja rimba laut itu menghentak-hentak tak keruan. Menebas angin hingga menggemakan suara memekikkan. Penuh rahasia tapi pilu. Seperti memberontak dan bertarung tapi bukan padaku. Entah apa. “Apakah aku musuhmu?” “Karena itukah ku kau penjara?” “Marahkah kau padaku?” Sejuta pertanyaan mendesak dan pecah di angkasa. Bertaburan bagai pecahan kristal yang kini menyatu dengan awan merah marun. Dan lautan masih memantulkan pertikaian yang tiada henti...