Posts

Showing posts from August, 2010

malaikat penyelamat

Apa yang menjadi pengikat sebuah hubungan? Jika bukan sebuah kepercayaan, jika tidak dalam bentuk jabang atau anak, lalu apa? Bayangkan anda berada dalam kerumitan hubungan yang tiada akhir. Yang di setiap jejak langkah hubungan, anda harus berkeringat, berpeluh, bahkan berdarah-darah agar apa yang dijalankan belum lagi menuju akhir. Bahwa ada portal raksasa yang menutup dan menghalangi sebuah hubungan berakhir di kehancuran. Portal macam apa itu? Pernahkah berpikir bahwa suatu jalinan bisnis bersama justru bisa menjadi penyelamat keretakan antara anda dan dia? Bicara bisnis, bisa dua kemungkinan terjadi. Berjalan dengan semestinya atau putus di tengah jalan. Tapi intisari bisnis disini adalah bagaikan malaikat. Bisnis bisa jadi sang penyelamat hubungan yang sudah rapuh. Portal kokoh sebagai penjaga bagi hubungan dengan dua karakter penuh beda. Bukan sulap, bukan pula mukjizat, tapi bisnis bisa membuat sebuah perubahan bagi hubungan yang kaya dengan perbedaan karakter yang terlalu menc

satu kali saja

Melepas apa yang pernah menjadi bagian dari hidup kita takkan mudah. Bertahun-tahun sebagai sebuah proses panjang, lalu menyadari suatu hari harus memutus jalur proses itu, terkadang menjadi kejutan yang tidak menyenangkan. Bayangkan apa yang telah menjadi sebuah kebiasaan, kemudian bakal hilang. Bukan tanpa rencana, karena semua itu tidak mungkin dilakukan begitu saja. Ada pengorbanan, ada harga yang harus dibayar. Kadang butuh tangis dan nestapa. Ini mengingatkan saya pada satu petaka yang saat itu datang mengejutkan. Saya sebut petaka karena betul-betul tidak mengenakkan. Saya tidak kuasa menerima, tapi saat itu, mau tidak mau harus terjadi. Hasilnya, ada yang hilang dari hidup saya. Sesuatu yang lama menjadi bagian dari hari-hari saya. Yang begitu bermakna, yang sangat berharga tiba-tiba direnggut begitu saja. Biasanya semua menjadi jelas setelah sebuah kejadian terjadi. Tapi tidak saat itu buat saya. Apa yang disebut makna atau hikmah, tidak saya temukan. Atau mungkin saya terlalu

Serial

Jika diibaratkan sebuah layar lebar, begitulah dunia memainkan perannya. Kehidupan ini kemudian menjadi satu serial panjang yang tak kalah serunya dari sinetron-sinetron yang merajalela di televisi. Drama, begitu sebutan pendeknya. Dan banyak sekali drama bertebaran menyisakan tawa, tangis, kesal, dan pastinya, hidup ini tambah meriah.

Kerdil

Kerdil. Entah sudah berapa puluh tahun mulut saya tidak pernah berucap kata kerdil. Tapi hari ini sayup-sayup kata itu melintas di pikiran saya. Biang keladinya tentu saja otak saya yang semakin mengkerut karena tak juga dipakai semestinya. Seharusnya saya sudahi pikiran galau ini sejak saya diingatkan kata ikhlas. Saya semestinya ikhlas, karena kalau tidak, rasa khawatir yang sudah memuncak di ubun-ubun bisa meledak dan buyar dengan sesak di dada. Tidak. Saya tidak sedang terkena panic attack. Dua kata yang baru saja saya googling. Saya hanya merasa kerdil. Kerdil seketika saya harap, karena selamanya saya tidak ingin seperti itu. Saya memiliki arti, bukan sekedar tempat transit. Saya tidak seperti pelabuhan yang kalau pagi ke siang ramai, lalu malam ditinggalkan. Tuhan, tolong kesampingkan kata kerdil dari benak saya, karena saya bukan seperti itu. Saya juga bukan pelabuhan.