Posts

Showing posts from September, 2010

yang kuno tapi ampuh

Mengapa orang cenderung berperilaku posesif? Merasa terancam karena ia tak lagi jadi pusat perhatian orang terdekatnya? Takut dengan kehadiran orang lain yang bisa menggantikan posisinya yang dahulu dinormorsatukan? Senjata kuno tapi masih ampuh untuk bisa menculik perhatian orang terdekatnya dulu adalah dengan melontarkan kalimat, “Aku akan bunuh diri kalau kamu pergi.” Sayangnya, ancaman ini dibarengi dengan sikap merelakan perasaan yang sebenarnya demi “menyelamatkan” nyawa yang bakal melayang itu (entah betulan melayang atau gertakan sambal). Bunuh diri.. Jujur, saya salut dengan orang yang berani mengambil nyawa sendiri. Jalan pintas menuju kematian dini ini memang banyak, tapi bukan berarti mudah dilakukan. Memotong urat nadi adalah cara tercepat menuju kematian abadi. Cara yang lebih kuno, coba cekik leher sendiri dengan tali yang diikat di batang pohon atau atap. Yang sekarang sedang trend, minum bahan-bahan oplosan yang kerap manjur mengantar nyawa melayang. Sungguh berani kep

Stop killing animals!!

Saya tidak habis pikir bagaimana manusia bisa begitu kejam terhadap mahluk hidup lain. Semoga jawabannya buka karena strata manusia lebih tinggi, sampai-sampai tega menindas mahluk di golongan bawahnya. Saya geram membaca berita bobroknya manajemen kebun binatang Surabaya. Penyakit korupsi pasti biang keladinya. Mereka egois dan sadis karena hanya memikirkan diri sendiri. Terserah mau berseteru sampai darah habis, selama tidak mengorbankan hewan-hewan hunian disana. Tapi yang terjadi sebaliknya. Hewan-hewan tak berdosa menjadi korban. Pembunuhan perlahan-lahan dengan modus sakit, kurus, kurang gizi, tidak ada makanan, sedang terjadi, disadari atau tidak. Rusa, ular piton, bekantan, kakaktua mati berturut-turut. Belum lama singa dan kangguru. Berita kekejaman terselubung ini meski sudah tersiar di media-media, tetap saja tidak menyadarkan dan membuka mata hati manajemen bodoh yang malah bertikai terus. Mereka bukan sekedar koleksi. Mereka bukan sekedar penunggu. Apalagi pemanis kebun bi

akhirnya...

Saya menyerah. Tidak untuk kalah. Karena tidak ada pertarungan. Saya mundur. Bukan bermaksud kabur. Hanya karena semua ini semakin blur. Lalu saya dipasung. Harus begitu. Agar sembuh