Posts

Showing posts from May, 2011

Mimpi Indah

Aku tak sekedar berjalan. Aku telah melayang. Bukan hamparan karpet yang tadi kupijak. Melainkan bentangan pelangi. Yang warnanya tak hanya satu. Tapi kelipatan seribu. Kini aku terbang. Meski tanpa sayap. Hanya kedua tanganku yang mengepak. Meninggalkan bumi. Melewati bintang. Menampaki bulan. Kugenggam erat sebatang bunga. Yang kelopaknya bermekaran. Yang kupetik dari ladang berumput jingga. Kutaruh di saku jiwaku. Untuk kutanam kembali di pekarangan hatiku. Sampai akarnya menguat. Hingga angin takkan kuat merobohkannya. Selamat malam mimpi indah. Saatnya kuterbangun dari dirimu. Mimpimu terlalu indah untuk kuteruskan. Aku takut tak sanggup membangunkan kesadaranku. Yang kemarin biru dan membisu.

Tak Mengerti

Aku semakin tak mengerti jalan hidup ini. Kemana aku akan dibawanya. Semuanya seperti menjauh dari yang kuharapkan. Dari yang kubayangkan. Apa perasaanku selama ini tidak memberitahumu sesuatu? Apa kau begitu angkuh sehingga belas kasihmu begitu mahal? Apa tangisanku belum juga membuktikan apa-apa? Apa bahagiaku hanyalah keinginan yang konyol buatmu? Atau semua ini begitu sulit untuk dimengerti? Aku melangkah, kau hanya termangu di belakang. Aku jatuh, tidak juga kau papah. Seakan aku meyakini sesuatu yang sungguh jauh berbeda darimu. Sebesar inikah kau membenciku sampai-sampai aku kau biarkan sendiri? Sadarkah kalau kemauan tak lagi pernah sama? Kapan kau akan menerima kalau jalanmu bukan sesuatu yang aku cari? Seperti biasa kau tetap membisu meski perasaanku sudah remuk. Bagimu aku tetaplah patung yang akan kau biarkan retak dan hancur. Dan disaat aku sudah separuh napas, kau bawa aku semakin jauh dari anganku. Kau pertemukan dengan satu hal yang bukan juga bahagiaku. Aku kini semaki

Rindu

Aku rapuh. Aku jatuh. Aku hancur. Seakan tubuhku menjadi ringan lalu ambruk. Jiwaku mendadak kosong. Mimpi buruk yang dulu pernah berkecamuk dalam pikiranku telah menjadi nyata. Bahagiaku seketika sirna dan buyar. Ia telah direnggut dariku. Perjalanan ini akhirnya tiba. Dan dalam langkah sepiku, aku menetaskan kata-kata yang biasanya kuucapkan padanya dalam secarik kertas. Seperti air bah, perasaanku tak bisa terbendung. Kuselipkan beribu kata rindu padanya meski lembaran hari belum juga berganti. Meskipun bayangnya masih terpampang jelas saat kupejamkan mata. Kertas kosong itu kini penuh dengan pesanku padanya. Ia pun telah ternoda meninggalkan bercak air mata. Dari balik jendela, sekumpulan awan melihatku tak mampu membendung tangis. Aku sudah rindu padanya..

Damai

Image
Angkasa pagi itu rupanya melukis biru yang pudar. Warnanya kontras dengan jaket yang kukenakan. Merah menyala. Disaksikan gumpalan awan yang bergurau, aku terus mengayuh kayakku. Di bawah langit biru, aku bergerak. Terus menyisir bibir pantai yang diam membatu. Rasanya damai. Sedamai gelombang yang sunyi hari itu. Sedamai aku yang mengarungi tengah lautan meski disesaki boat-boat besar. "Aku adalah sebuah titik dalam kolam raksasa. Yang menyala, yang tak gentar meski jalanku berliku. Namun aku terus melangkah.."

Ngepak

Sydney, 19 mei.. Koper itu dipastikan akan penuh sesak. Tidak lagi dijejali baju dan kerabat-kerabatnya, tapi akan ada seperangkat oleh-oleh khas negeri ini. Seserahan yang nanti bakal diberikan pada empu-empunya itu bakal mencaplok tiap sudut dan ruang kosong koper berwarna jreng itu. Aku selalu suka mengepak koper. Selalu ada waktu khusus yang kusiapkan untukku berkontemplasi dengannya. Namun aku baru mendekati koperku dan mengepak disana setelah yakin apa-apa yang mau dibawa sudah cukup. Seakan sedang bercengkrama dengannya, aku biasanya tekun memasukkan satu persatu barang-barang pribadiku dengan rapih dan yang terpenting muat sesuai ukuran tas viberku itu. Hari ini terselip waktu khusus itu. Aku harus tahu kapan saat yang tepat untuk mengepak. Berbeda saat berangkat kemarin, kali ini koperku bakal membeludak volumenya. Barang-barang pribadiku yang sebulan ini berada di negeri orang akan kukembalikan lagi ke tempat asalnya, bersanding dengan barang-barang seserahan alias oleh-oleh.

terpojok

Sydney 12 Mei, Keduanya melihat saya dengan tatapan menghunjam. Seperti pedang yang siap menghunus bola mata saya yang memelas. Bagaikan serdadu, mereka ingin menggoyahkan dan menerobos benteng pendirian saya. Tatapan pasrah saya tak berarti buat mereka. Selagi saya bingung, mereka malah semakin gencar membuat saya linglung. Sinyal-sinyal hipnotis mereka membuat kondisi saya semakin kritis. Mereka tidak peduli kalau pusing saya sudah tujuh keliling karena tidak bisa memutuskan apalagi memilih keduanya. Meski diam teronggok disana, suara mereka begitu berisik. Mulut mereka diam tapi saya seperti melihat mereka komat kamit. Suara mereka mengingatkan saya pada suara jarum jam yang tak juga kepayahan lalu berhenti. "Tik...tik...tik...tik..." Menggelitik otak saya sampai mau pecah rasanya. Tidak tahukah mereka, memilih keduanya adalah tidak mungkin. Selayaknya pertarungan calon presiden, mereka ingin saya pilih dan menang. Mereka ingin diprioritaskan seakan-akan mereka sama penti

rutinitas

Sydney, 9 Mei Bangun tidur, buka tirai kamar. Sinar matahari sayang dilewatkan begitu saja. Apalagi dingin-dingin begini. Mulai beberes kasur. Ini berarti lipat selimut, taruh bantal di tempatnya setelah sarungnya dirapihkan, lipat baju tidur dan taruh di atas bantal. Menuju dapur. Cuci piring, gelas, atau container. Jemur. Kalau beruntung, matahari mempercepat proses penjemuran. Setelah kering, masukkan ke raknya. Lihat sekitar dapur. Kalau ada barang-barang tidak beraturan atau tidak pada tempatnya, ya rapihkan. Jelajahi karpet. Kalau rasanya perlu dibersihkan, ambil vacuum cleaner dan sedot segala yang buat kotor karpet. Jangan lupa lantai kamar mandi yang penuh rambut. Masuk ke kamar mandi. Gosok wastafel dan sekitarnya. Asik kan kalau rapih?.. Kalau merasa sudah beres, tinggal bersihkan diri sendiri. Mandi lalu setelah beres, sarapan. Tidak ada salahnya melakukan rutinitas rumah tangga. Sederhana, tapi sangat bermakna..