Posts

Showing posts from November, 2015

Sepotong lagu

Image
Ga rugi karaoke lagi. Selain ngilangin pikiran gaduh, ketemu lagu-lagu yang pernah saya dengar, tapi ga tahu siapa penyanyinya, Salah satunya "Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi". Ternyata HIVI toh.. Apa yang tidak enak dengan lagu ini. Iramanya cocok di telinga, liriknya mudah dicerna, dan the best-nya, kisah lagunya menohok hati. Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi. Tidak tahu dengan kalian, tapi bagi saya, ini tipe lagu yang melontarkan sebuah pertanyaan yang perlu dijawab dengan pertanyaan lagi (meski pakemnya, dilarang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Pamali): 1. Kalau siap, dengan siapa? 2. Kalau siap, akankah "gayung bersambut?" 3. Kalau siap, harus bersikap bagaimana? 4. Kalau siap, haruskah waspada untuk kembali sakit hati? 5. Kalau siap, apakah dia orang yang tepat untuk kau berikan hatimu? Hati. Iya, hati. Satu-satunya organ yang memancarkan ketulusan, kepolosan, kejujuran, dan kemurnian lebih dari susu yang baru diperas

Orgasme

Dia telah berdiri di depanku. Pemandangan indah yang membuat mataku jatuh dan terpaku padanya. Aku dibuat tunduk olehnya. Ia membius dan mengajakku untuk menyentuhnya, untuk merasakan setiap seluk beluk tubuhnya. Hebatnya, aku tidak bisa menolak. Aku semakin terjerat olehnya. Ia membawaku menembus hingga ke jiwanya. Ia membelai juga mencengkramku erat. Tiba-tiba aku merasakan kenikmatan di sekujur tubuhku. Aku seperti melayang. Tanganku bergetar akibat keseruan ini. Wajahku mulai basah oleh butir-butir keringat. Tanpa kusadari, napasku mulai berderu sangat cepat, seakan menyedot setiap sisa udara yang ada. Denyut jantungku berdebar cepat. Aku tidak kuasa menahan segala adrenalin yang keluar begitu cepat dari tubuhku. Aku ingin berteriak histeris. Namun saat suaraku mulai mengambang di ujung bibirku, tiba-tiba sebuah mobil menyerempet sepedaku hingga berjalan sempoyongan di jalanan sempit yang diapit kendaraan-kendaraan macet malam itu. Alih-alih terjatuh, aku berhasil menguasai sepedak

Hilang harapan atau waras?

Belakangan melihat kisruhnya Jakarta, yang macet, yang infrastruktur lama kelarnya, yang banjir atau genangan muncul saat hujan belum lagi deras-derasnya, jujur, saya mengaku dan sempat terucap, "Saya khawatir kehilangan harapan dengan kota ini". Namanya manusia yang lahir dari generasi yang kelelahan akibat segudang problema, saya terbawa arus yang mengedepankan hal-hal buruk diatas kebaikan yang tersembunyi. Di tengah pilihan antara kehilangan harapan dan kembali waras, saya blusukan di kota ini sambil mencari-cari kebaikan dari setumpuk keburukan yang menggunung. Satu yang saya sadar bahwa kota ini sedang berusaha untuk berbudaya di tengah terperosoknya moral dan manusianya macam kecelakaan Kapal Titanic. Peristiwa seperti festival musik, festival makanan, teatrikal yang adegannya banyak mengkritisi pemerintah, pameran sampai pertandingan olahraga kelas kandang maupun dunia, bisa jadi hanya sebuah lipstik untuk mempercantik kota yang slogannya (menurut saya harus digan

Lenyap

Dari sekian banyak serdadu mimpi, tidak satupun aku berharap kamu berdiri di hadapanku. Serupa dengan sosok yang terekam terakhir kali di ingatanku. Tapi saat kamu disana, ketika menatapmu lagi setelah tahunan berlalu, aku lega karena itu akhir dari serbuan mimpiku, yang berlalu dalam sekejap sambil membawa satu tanya yang ikut lenyap. *Sebuah kisah tentang kotak pandora

Sebuah Kecupan

Image
Sebuah kecupan mengusir rasa penasaran. Membangkitkan pertanyaan yang jauh dari jawaban. Sebuah kecupan melahirkan beragam mimpi. Mengisi ruang yang lama berakrab dengan hampa. Sebuah kecupan memporakporandakan perasaan. Menimbulkan satu rasa yang hanya bersarang di relung hati.
Image
Pertemuanku dengannya sudah cukup lama. Agustus lalu di kebun kosong yang tidak terawat. Banyak ilalang tumbuh semrawut dan sampah berserakan. Mendengar aku mendekat, ia yang tadinya berbaring, langsung duduk tegak. Wajahnya ramah, seperti manusia yang sedang tersenyum lebar. Ekornya mengibas ke kiri dan kanan. Aku merasa cukup aman untuk mendekatinya. Ia terikat di batang pohon yang telah mati. Hanya ranting-ranting kering tanpa daun. Padahal saat itu musim kemarau. Panasnya luar biasa. Anjing itu disana sendiri. Tanpa makanan, tanpa minuman. Hepi. Itulah namanya. Sejak melihat wajahnya, aku tidak bisa tidak memberi nama anjing jantan itu dengan nama Bahagia (dalam bahasa Inggris). Usianya sekitar 1-2 tahun dengan tubuh berwarna loreng coklat dan hitam. Orang bilang coraknya buduk alias burik, tapi ia sungguh anjing manis yang manja dan pintar.  "Salam," kataku, sembari menyodorkan tanganku yang langsung disambut dengan kaki kiri depannya diangkat untuk menyalamiku

Fenomena Gas Pol

Menariknya bermain dengan bahasa slang adalah ia bebas digunakan dalam kalimat apa saja. Untuk cerita manapun. Buat tema apa saja. Bebas digunakan dalam konteks apapun. Tidak ada aturannya, tidak ada pedomannya.  Bahasa slang yang dimaksud kali ini adalah gas pol. Jika cakrawala sore yang kau lihat menjelma menjadi lukisan yang bergerak, dengan awan yang menyerupai kuda pegasus yang siap terbang dengan sayapnya, maka kamu telah terhipnotis fenomena gas pol. Saat kau merasakan tubuhmu berguncang hebat seperti diserbu seribu kupu-kupu yang menggelitik sampai ke ulu hatimu hingga kamu tersenyum hebat, kamu sebenarnya telah kerasukan gas pol. Lalu ketika kamu mencoba menenangkan dirimu, dengan kata yang itu-itu saja, kamu sebetulnya telah terperangkap dalam fenomena gas pol. Dan saat ia muncul dengan penampakan yang tidak perlu membuatmu bersusah payah lebih terpesona padanya, kamu sebenarnya telah terperosok dalam jurang gas pol yang semakin dalam, larut, dan memabu

Siapa Saya?

Image
Pernah melihat atau mungkin terjadi pada diri sendiri, saat usai pernikahan, kedua mempelai "memamerkan" buku sah telah menjadi pasangan suami isteri? Momen ini biasanya jadi target fotografer sebagai bukti otentik pasangan tersebut telah naik kelas (dari status pacaran menjadi pasutri). Momen itu yang disebut dengan "pengakuan". Mereka telah diakui secara sah sebagai pasutri, bahkan oleh negara di bawah payung hukum pernikahan. Dalam sebuah hubungan, pengakuan adalah hal yang sakral dan masih sungguh, teramat penting bagi masyarakat kita. Pengakuan juga bisa melontarkan derajat atau kasta seseorang ke tingkat teratas (naik kelas tadi). Contoh: diakui sebagai isteri/suami seseorang atau dikenalkan sebagai pasangan seseorang. Ada penekanan pada status seseorang. Namun pengakuan menjadi barang mahal bagi hubungan tertentu. Hubungan sesama jenis misalnya, pengakuan adalah barang langka yang kadang harus ditelan mentah-mentah oleh pasangan tersebut. Bagaimana

Untuk kakek

Ada seruan dari pemerintah. Besok Hari Pahlawan, kita diminta mengheningkan cipta barang 30 detik. Bisa jadi hanya diam sembari menundukkan kepala atau mengucap doa. Pertanyaannya, siapa yang disebut dalam doa kita? Saya mungkin akan berdoa. Untuk kakek yang tidak saya kenal. Kata buku, dia pahlawan. Ceritanya ada di buku pelajaran. Kehilangan nyawa pada tahun 1965. Dikubur dengan nama besar, Brigjen Katamso. Namanya juga menjadi jalan di sejumlah kota. Ini bukti konkrit dia seorang pahlawan kan?  "Untuk kakek. Waktu tidak sempat mempertemukan kita. Buku pun tidak banyak mengulas dirimu. Namun dirimu tidak pernah redup, karena engkau telah lama menjadi bagian dari darah dagingku." 

Pancaroba

Di luar teras kamar, air hujan sudah membasahi halaman. Tidak seperti kemarin, kali ini airnya tidak begitu deras. Cukuplah untuk membuat malam lebih dingin dari biasanya. Inilah pancaroba. Baru beberapa waktu lalu kemarau, sekarang bumi yang tadinya kering sudah kembali basah. Rumput bisa berseri kembali. Yang dulu menguning lama sekali, perlahan berubah kehijauan.  Tapi tidak selamanya pancaroba romantis macam malam ini. Yang hujannya datang gerimis, bukan seru berderu-deru. Baru saja kemarin hujan turun deras sekali. Menampar-nampar dedaunan sampai patah dahannya. Pohon juga tumbang, jatuh mengenai kendaraan yang malang. Pancaroba juga tidak selalu menyenangkan. Datangnya yang tiba-tiba bahkan terlalu cepat suka bawa penyakit. Batuk, pilek, puyeng. Sayalah salah satu korban. Bukannya menikmati petikan hujan, malah sembunyi di kolong selimut.  Oh pancaroba. Coba kamu berbaik hati malam ini.