Hadiah yang mulia
Seharian bahkan seminggu aku memintal kata. Menalinya agar menjadi satu kalimat yang sangat sederhana, mudah dicerna, dan tulus. Satu kalimat yang terbebas dari hiasan kata yang bisa menjerumuskannya pada arti kebablasan. Tidak, aku tidak mau itu. Ini adalah produk kejujuran dari hati yang paling dalam. Dari sebuah nurani. Ini adalah separuh dari jiwaku yang sedari dulu bersembunyi dan terpendam. Jika bukan sekarang, suatu hari hadiah terindah ini akan kuberikan pada orang terkasih. Dia yang menurunkanku dari langit. Mengajarkanku menapak bumi, bicara, dan menyayangi mahluk yang sama denganku. Ini adalah aku. Dan kini kuberikan padamu dengan sepenuh jiwa. Tanpa balasan imbalan, tanpa syarat. Hanya engkau menerima hadiahku.