ketar ketir
seloyal apapun seorang relawan, pasti pingin juga sama yang namanya status yang jelas dari sekedar relawan yaitu menjadi staf. tapi berhubung pmi tidak punya uang banyak, terutama di pmi nad, akhirnya pengurus2nya hanya mempekerjakan karyawan2nya dengan status relawan. per hari mereka hanya dibayar rp 35 ribu, itu pun sudah termasuk kalau mereka lembur. sementara kerja teman2 suka gak kenal waktu. seperti waktu pemutaran film kartun di barak2, mereka bisa kerja dari pagi sampai jam 23.
nah, waktu "numpang lewat" di aceh, ternyata pmi nad lagi buka lowongan sebagai staf untuk seabreg posisi, di antaranya komunikasi, bagian klinik, dan administrasi. teman2 yang sudah lama bekerja di pmi nad, tapi berstatus relawan, akhirnya berlomba-lomba kirim lamaran. g sempat lihat 4 orang konsultan pekerjaan dari jakarta menyortir satu demi satu lamaran. syarat utama untuk menjadi seorang staf ternyata harus bisa berbahasa inggris. jadi faktor loyalitas adalah nomor 2 (sepertinya demikian..).
g kok merasa syarat yang kudu' itu terlalu dipaksakan ya? lalu bagaimana dengan teman2 yang sudah sejak lama bergabung dengan pmi nad dan setia luar dalam? apa hanya karena kurang berbahasa inggris, mereka trus dibuang? memang dalam realitas sehari-hari, pmi di aceh selalu berkegiatan dengan federasi dan red cross2 asing, tapi bukankah mereka mempunyai translator yang bisa menjembatani si federasi dengan orang2 pmi? lagian kalau jago berbahasa inggris, bukannya lebih baik mencari peruntungan di tempat lain daripada di pmi yang gajinya kecil? mungkin lebih fair kalau teman2 dipekerjakan kembali dengan diberikan pelatihan berbahasa inggris. dananya ya minta ke federasi, seperti biasa...
melihat teman2 sudah merasa nyaman di pmi nad, sudah terlanjur senang dengan pekerjaan untuk kemanusiaannya, rasanya gak tega melihat mereka sedang ketar ketir menunggu nasib. apalagi waktu di mobil, seorang driver bilang kalau dia gak bisa apa2 karena ijazah dan pernak pernik untuk sebuah lamaran sudah hanyut dibawa tsunami.
pmi identik dengan tugas2 kemanusiaan. tugas2 kemanusiaan identik dengan seorang relawan. relawan sejati adalah mereka yang loyal dengan pekerjaan dan institusinya. bahasa inggris bisa menjadi faktor kedua. apa gak ya?..
nah, waktu "numpang lewat" di aceh, ternyata pmi nad lagi buka lowongan sebagai staf untuk seabreg posisi, di antaranya komunikasi, bagian klinik, dan administrasi. teman2 yang sudah lama bekerja di pmi nad, tapi berstatus relawan, akhirnya berlomba-lomba kirim lamaran. g sempat lihat 4 orang konsultan pekerjaan dari jakarta menyortir satu demi satu lamaran. syarat utama untuk menjadi seorang staf ternyata harus bisa berbahasa inggris. jadi faktor loyalitas adalah nomor 2 (sepertinya demikian..).
g kok merasa syarat yang kudu' itu terlalu dipaksakan ya? lalu bagaimana dengan teman2 yang sudah sejak lama bergabung dengan pmi nad dan setia luar dalam? apa hanya karena kurang berbahasa inggris, mereka trus dibuang? memang dalam realitas sehari-hari, pmi di aceh selalu berkegiatan dengan federasi dan red cross2 asing, tapi bukankah mereka mempunyai translator yang bisa menjembatani si federasi dengan orang2 pmi? lagian kalau jago berbahasa inggris, bukannya lebih baik mencari peruntungan di tempat lain daripada di pmi yang gajinya kecil? mungkin lebih fair kalau teman2 dipekerjakan kembali dengan diberikan pelatihan berbahasa inggris. dananya ya minta ke federasi, seperti biasa...
melihat teman2 sudah merasa nyaman di pmi nad, sudah terlanjur senang dengan pekerjaan untuk kemanusiaannya, rasanya gak tega melihat mereka sedang ketar ketir menunggu nasib. apalagi waktu di mobil, seorang driver bilang kalau dia gak bisa apa2 karena ijazah dan pernak pernik untuk sebuah lamaran sudah hanyut dibawa tsunami.
pmi identik dengan tugas2 kemanusiaan. tugas2 kemanusiaan identik dengan seorang relawan. relawan sejati adalah mereka yang loyal dengan pekerjaan dan institusinya. bahasa inggris bisa menjadi faktor kedua. apa gak ya?..
Comments