Aku menerima pesanmu. Pesan yang kau sampaikan hingga berlembar-lembar. Pesan yang coba kau utarakan sejak dulu hingga kini. Kumpulan kata juga ucapan yang penuh keindahan juga rasa getir. Maafkan aku yang tak peka dan luput menerima pesanmu. Maafkan aku yang keliru mengartikan pesanmu. Maafkan aku karena lalai membaca maksudmu. Kini kumengerti setiap kata dalam pesanmu. Kuterima dengan jelas dan terang. Mereka punya arti dan makna satu. Yang hingga hari berakhir, aku tetap tak kuasa untuk menghadapi pesanmu.
Bila asa itu telah hilang, biarlah ia tak ditemukan. Biarkan ia pergi untuk tak kembali. Biarkan ia pudar dan meredup di tengah keheningan. Biarkan ia terkunci rapat dalam kotak pandora. Sampai ia kembali merekah bak kelopak bunga. Sampai ia menemukan jalannya usai tersesat. Sampai sinarnya kembali berpendar menyambut pagi. Aku akan selalu menunggunya.
Rembulan, aku ingin bercerita tentang cinta. Lihatlah kau ke bawah. Ada hamparan sinar yang menyala dari ratusan sumbu lilin. Cahayanya tak kalah terang darimu. Menerangi malam ini. Menyinari setiap jiwa yang hadir malam itu, begitu pula jiwaku. Rembulan, aku ingin kau tahu tentang cinta. Kaulah saksi kasih yang mekar di tengah gulita malam ini. Ketika sunyi seharusnya datang, deru cinta sebaliknya hadir bergemuruh. Melodi indah mengusung nyanyian bagi Nusantara yang bersatu dibawah kepakan sayap gagah Garuda. Rembulan, rasakanlah gaduhnya cinta ini. Dipersembahkan untuk ibu pertiwi. Negeri tempat kami berpijak, tanpa kuasa memilih warna kulit, tanpa bisa memilih suatu bangsa. Dibawahmu, kami adalah satu. Dengan saksimu, kami berpijak di tanah yang satu. Kami Indonesia
Comments