si kutu
g lagi kesel sama si kutu yang bersikap biasa2 saja. tapi g lebih kesel sama g yang tidak bisa stop memikirkan si kutu. padahal g sudah berusaha membayangkan orang lain selain si kutu. bahkan berkat obrolan dengan seorang teman membuat g (saat itu) mantap untuk tidak lagi menaruh harapan pada si kutu. tapi ternyata saran teman g itu belum manjur juga. buktinya g masih harap2 cemas pada si kutu. sebenarnya g tidak benar2 menaruh harapan, wong tidak ada gunanya juga. memangnya si kutu itu kue yang bisa di-bagi2? diicip sana, diicip sini. sableng..
lalu datang seseorang yang tidak g harapkan. dia bersikap ke g seperti g berlaku pada si kutu. saat itu g langsung tahu dia menaruh suka sama g, karena setiap tindakannya ke g tidak jauh berbeda dengan sikap g pada si kutu; main ke ruangan kerjanya di setiap kesempatan, mengajak ngobrol hal2 gak penting hanya karena ingin berdua, dan melakukan hal2 "sok perhatian" lainnya. tapi sekarang g berlaku seperti si kutu; gak perduli dan biasa2 saja. lagian tidak baik memberikan harapan pada seseorang kalau kita tidak mengkhendakinya, bukan begitu? mungkin si kutu juga berlaku sama ke g karena dia tidak mau memberi harapan pada g? halah, ke-gr-an banget..
jadi, g harus lebih berusaha lagi untuk bisa melupakan si kutu. g harus bisa menahan diri untuk tidak selalu gembira ria setiap kali melihat motor si kutu masih nangkring di halaman parkir malam hari yang menandakan bahwa si kutu masih betah di kantor. g harus bisa tidak tergoda untuk masuk ke ruangannya setiap kali g merasa ingin melihat wujud si kutu. g harus bisa hanya mengobrol sebatas persoalan kerja dengan si kutu dibandingkan mengobrol ngalor ngidul. dan g harus bisa berlapang dada untuk mulai menerima saran dari seorang teman yang pernah berkata, "jangan sama lakor La..."
sip deh!
lalu datang seseorang yang tidak g harapkan. dia bersikap ke g seperti g berlaku pada si kutu. saat itu g langsung tahu dia menaruh suka sama g, karena setiap tindakannya ke g tidak jauh berbeda dengan sikap g pada si kutu; main ke ruangan kerjanya di setiap kesempatan, mengajak ngobrol hal2 gak penting hanya karena ingin berdua, dan melakukan hal2 "sok perhatian" lainnya. tapi sekarang g berlaku seperti si kutu; gak perduli dan biasa2 saja. lagian tidak baik memberikan harapan pada seseorang kalau kita tidak mengkhendakinya, bukan begitu? mungkin si kutu juga berlaku sama ke g karena dia tidak mau memberi harapan pada g? halah, ke-gr-an banget..
jadi, g harus lebih berusaha lagi untuk bisa melupakan si kutu. g harus bisa menahan diri untuk tidak selalu gembira ria setiap kali melihat motor si kutu masih nangkring di halaman parkir malam hari yang menandakan bahwa si kutu masih betah di kantor. g harus bisa tidak tergoda untuk masuk ke ruangannya setiap kali g merasa ingin melihat wujud si kutu. g harus bisa hanya mengobrol sebatas persoalan kerja dengan si kutu dibandingkan mengobrol ngalor ngidul. dan g harus bisa berlapang dada untuk mulai menerima saran dari seorang teman yang pernah berkata, "jangan sama lakor La..."
sip deh!
Comments