proyek kere

beberapa hari terakhir ruangan divisi kami dipenuhi sorak sorai bergembira setelah bos dinas ke luar kota. beberapa rekan, termasuk g, belakangan masuk kantor seenaknya tanpa harus was2 dipelototin diam2 oleh si bos. meskipun sebenarnya tidak berpengaruh banyak buat g yang setiap harinya sudah biasa berangkat ke kantor dengan seenak jiwa sehingga melanggar jam kerja (terlalu sulit menghindari kemacetan di jakarta sih..).
tapi kegembiraan mereka justru g rasakan sebaliknya yang sedang kesal karena proyek g ditolak mentah2 oleh bos besar hanya karena membutuhkan sejumlah dana. padahal dana yang dibutuhkan tidak banyak dibandingkan proyek2 lainnya. lagipula sejak kapan kegiatan promosi tidak membutuhkan dana? sejak kapan promosi tidak mahal biayanya? tapi mereka tetap saja merongrong g untuk bisa menampilkan kantor g di media ini itu tanpa memberikan konsekuensi biaya yang g perlukan untuk promosi. "kalau begitu, loe tanya aja sama bos2 elo tuh; jadi bapak punya kenalan dimana aja?" seorang teman kasih masukan ke g sambil nyengir lebar. lucu..lucu..
tidak ada biaya, bukan berarti proyek g mandek. anggap saja ini sebuah tantangan yang harus g buktikan ke bos2 besar bahwa g mampu berjalan tanpa biaya. toh terbukti sudah 2 media incaran bos2 besar yang berhasil g tembus untuk memberitakan kantor di hari hutnya, for free! (lumayan lah 2 daripada tidak ada sama sekali..).
masih ada satu proyek lagi yang harus g yakinkan ke bos2 besar bahwa ini sama pentingnya dengan proyek sebelumnya. dan kalau g beruntung, proyek ini tidak memerlukan biaya sama sekali sehingga g tidak harus ber-lama2 berada di ruangan bos besar untuk kiss his ass!

Comments

Anonymous said…
hehehehe si dana emang selalu bikin masalah.

begitulah khasnya endonesa... pengennya promosi besar2an sana sini... pengennya diliput sana sini... pengennya terkenal sana sini... padahal sih kere!

dipikir untuk bisa dikenal gak perlu keluar biaya kali ya... bisa sih jadi terkenal banget, di tingkat global kalo perlu, gratis pula... bikin yayasan teroris aja! huahahahah
Neko said…
dalem banget ke'nya loe ngomong, apa jangan2 kita punya problem yang sama?? hihihi..

masalah di tempat g lebih repot lagi. udah endonesa banget, oldies pula'. ide untuk promosi besar2an dengan konsep gaul mental teruuus... tua sebelum waktunya de g ni..

ade ape si sama negara loe nih shin??? kagak ada yang beres..
Anonymous said…
Hi Ola, gw Anna boleh ya ikut rembug saran atas persoalan elu itu. Sebagai mantan orang sana juga, gw ngerti betapa frustasinya elu menghadapi atmosfer di kantor.Tapi jangan patah arang dulu non, karena masih banyak kok alternatif yang bisa elu lakukan untuk meramaikan HUT kantor elu tanpa banyak uang harus keluar dari kocek kantor elu.
Sebelum elu emosi sama sikap penolakan itu, coba dech liat lagi proposal elu itu, apakah wajar dalam kondisi kantor yang lagi kembang kempis perekonomiannya itu kita harus ngerayain HUT jor-joran? Dan apakah di proposal elu itu juga dijelasin sumber alternatif pendanaan/sponsorship misalnya, karena pasti ngga mungkin kantor mau keluar uang banyak,lha buat gaji aja susah? Apakah dengan mengeluarkan dana sebanyak yang elu ajukan sebanding dengan output yang diharapkan kantor elu? Ingat lho non, kantor lu itu bukan kantor kaya. Boleh sih dibilang kere, lah wadah federasinya aja lagi defisit gila2an. Nah, saran gw, bikin aja acara yang sederhana tapi efektif sesuai misi dan visi mulia kantor elu. Masih banyak lo orang di luar sana yang ngga bisa makan enak. Siapa tahu dengan acara sederhana kantor elu, adalah acara-acara makannya dan berbagi kebahagiaan dengan kaum papa. Nah terus ditambahin acara awareness kaya seminar dan pameran. Cukup kok Non. Sorry ya kalau menggurui. Sukses selalu buat kamu.
Neko said…
kok pembahasannya jadi serius gini?? ;P
hehehe..makasih looo masukannya.. dont worry, g belum terlalu bete kook, santai aja. dan satu hal lagi, besok2 masukannya yang gokil2 aja ya, kotak komen g suka alergi sama yang serius2, hihihi...

ditunggu masukannya yang gila2 :D

Popular posts from this blog

mari gemukkan badan

Masa lalu, kenangan, dan sejarah

sandiwara Tuhan