hujan yang tidak romantis
duduk termangu di ruang kerja, sore ini aku ditemani oleh pasukan kendaraan yang antre teratur di jalan. dari tempatku duduk, jalanan memang terlihat sangat jelas. beberapa di antara kendaraan telah menyalakan lampu mobil seiring dengan lampu2 yang bermunculan dari gedung bertingkat. lampu jalanan juga tidak mau kalah. menyala semakin terang disaat malam mulai menghadap.
aku lihat pepohonan bergerak agak serabutan. ranting2nya terlihat berbenturan seakan sedang bermain pedang2an. kupandangi langit yang tidak sekelam sore hari. pasti mau hujan, batinku bilang. sudah berhari-hari, malah berminggu-minggu, jakarta keenakan diguyur hujan. sampai2 banjir bertamu tak kunjung pulang. ada apa gerangan? kenapa negri ini doyan sekali dengan bencana?
sering aku nonton film2 luar negeri, kota menjadi romantis bermandikan air hujan. boro2 banjir, airnya yang berkilauan terkena cahaya kota dengan tenang mengalir ke selokan, terjun ke sungai, lalu beristirahat di lautan. tapi yang terjadi disini gak ada romantis2nya. boro2 mau romantisan, adanya kelelep banjir. lilin yang sedianya untuk candle light dinner, dipaksa berubah fungsi buat nerangin rumah yang padam listrik.
aku masih termangu saat adzan magrib berkumandang. terbangun dari setengah lamunan, aku bergegas mengambil teh hangatku, menyeruputnya saat kembali ke kursi kerjaku, melanjutkan lamunan dan berlaga romantis di kota yang katanya bakal tenggelam di pertengahan 2008 ini.
oh, hujan.. kembalilah menjadi romantis. temanilah pendar2 cahaya yang semakin gemerlapan di tengah hujanmu. ciptakanlah kehangatan di tengah dinginnya hujanmu yang menusuk tulang. bawalah tetes2an airmu menyusup ke selokan, menyusuri sungai untuk menemui lautan selamanya di bawah sinar rembulan.
Comments