terbang bersama buku

tapi tidak semua buku bercerita tentang petualangan yang berakhir indah dan bahagia. adakalanya kita hanyut dalam kisah sedih. buku the kite runner adalah salah satunya. meski bercerita tentang persahabatan dua bocah afghanistan, buku ini berakhir dengan suasana perang saudara dan mengisahkan tentang penebusan dosa di masa lalu. sekali lagi, isi kepala rasanya ber-main2 dengan cerita. suasana kanak2 di afghanistan, bocah2 bermain layangan di tengah kota kabul, dan tentu saja, kota yang porak poranda setelah tibanya rezim taliban di afghanistan, mulai menjejali pikiranku. terima kasih pada dvd the kite runner yang menyempurnakan gambaran keseluruhan cerita.
ada perasaan ngeri dan rasa penasaran ingin segera mengakhiri buku ini. namun yang lebih mendominasi, ada keingintahuan tentang kejamnya taliban terhadap rakyat afghanistan. ini seperti saat membaca buku perang eropa karya pk ojong. penyajiannya yang enak dibaca membuat aku harus bolak balik browsing foto2 saat jerman menyerang polandia. aku yang terpesona dengan strategi perang komandan romel di gurun pasir libya, membuatku berperang di tengah manusia yang berjubel untuk membeli dvd si raja gurun asal jerman itu.
buku the kite runner jugalah yang memaksaku untuk duduk manis di depan komputer dan mencari tahu tentang taliban. informasi tentangnya yang membuatku tak ingin mengunjungi rimba afghanistan (cukup sudah aku berurusan dengan polisi syariat di aceh). taliban yang kubaca ternyata sangat konservatif dan menerapkan islam secara harfiah, seperti hukum potong tangan atau melempar batu pada pesakitan di tengah lapangan. represif dengan mengatasnamakan islam. tak ada seorangpun yang boleh bertatapan dengan mereka, kecuali talib sendiri. mengharuskan laki2 menumbuhkan janggut. menjalankan patroli janggut dan memecut pria yang tak berjanggut. melarang perempuan untuk bekerja dan sekolah. anak-anak laki2 tidak boleh belajar selain menghayati al-quran. tidak boleh bernyanyi. dilarang mempunyai tv dan larangan2 lainnya yang akan memaksa afghanistan selamanya tak lebih dari sebuah rimba.
begitulah membaca buku. kita dipaksa untuk tersenyum, tertawa, menangis, gemas, kesal, dan beribu ekspresi emosi lainnya. intinya, kita akan dibawa terbang oleh kisahnya. jadi, kalau ada yang ingin merekomendasikan sebuah buku, mohon beritahu lewat comment. aku rela diajak terbang kemanapun..
Comments