bela bangsa
indonesia.
merah darahku, putih tulangku.
menyatu dalam semangatku.
indonesia.
dekap jantungku, denyut nadiku
berpadu dalam cita2ku
kebyar kebyar pelangi jingga
indonesia.
tumpah darahku, nafas hidupku
bersatu di dalam anganmu
indonesia.
satu bangsaku bahasaku
berpadu di dalam citramu
kebyar kebyar pelangi jingga
lagu kebyar kebyar grup cokelat membahana di stadion bulutangkis senayan. ribuan penonton ikut bernyanyi. tak lama atlit2 thomas dan uber indonesia masuk ke lapangan. nyanyian penonton semakin keras. stadion terasa bergemuruh. tepuk tangan penonton mengiringi para atlit menuju lapangan hijau. sebuah penghormatan terbesar bagi para wakil indonesia yang berlaga di event bulutangkis internasional yang tahun ini digelar di jakarta.
tidak ada yang lebih membanggakan dan mengharukan daripada menyanyikan lagu itu saat itu. jiwa rasanya benar2 bergetar melihat kita yang asing satu sama lain bersama mengumandangkan lagu kebangsaan. stadion telah benar2 menyatukan kita yang datang dengan satu tujuan, membela bangsa indonesia. bendera merah putih berkibar. belum pernah sepertinya ada rasa bangga sebesar ini. seakan dada ingin meledak dan melesakkan si rasa bangga. nasionalisme melambung tinggi tak terelakkan lagi.
indonesia!..indonesia!..indonesia!..
nama bangsa terus diteriakkan. mengawali, menemani, sampai mengakhiri laga para atlit. kalah dan menang ternyata nomor dua. yang penting adalah semangat para atlit harus ditumpahkan di tengah lapangan. jangan sampai kendor. jangan sampai menyerah. sumpah, penonton tak juga diam, termasuk saya, meski tenggorokan rasanya kasar dan masam. satu botol air putih tetap saja tak bisa memadamkan teriakan penonton. gila stadion dibuat mereka. dada sekali lagi mau pecah. bendera indonesia tak juga henti dari berkibar.
siapa bilang bangsa ini tak lagi berjuang. di stadion itu saya menjadi saksi pertarungan yang sengit. jatuh bangun para atlit adalah perjuangan mereka. keringat mereka menjadi darah yang tumpah dalam pertempuran. tapi penonton adalah senjata yang mematikan. saya yakin itu dirasakan para musuh. mereka mungkin berkeringat dingin menyaksikan penonton tetap setia mendampingi para pahlawan mereka hingga titik keringat penghabisan.
saat itu, saya bangga sebagai bangsa indonesia. saya lupakan kekesalan saya terhadap negara yang semakin terpuruk. saya diam tak menghujat mereka yang saya anggap musuh meski sebangsa dengan saya. kami sama dan bersama. saat itu saya junjung tinggi indonesia seperti bendera merah putih yang saya kibarkan dengan satu kata lantang, "indonesia!.."
satu nusa, satu bangsa.
satu bahasa kita.
tanah air pasti jaya.
untuk slama-lamanya..
merah darahku, putih tulangku.
menyatu dalam semangatku.
indonesia.
dekap jantungku, denyut nadiku
berpadu dalam cita2ku
kebyar kebyar pelangi jingga
indonesia.
tumpah darahku, nafas hidupku
bersatu di dalam anganmu
indonesia.
satu bangsaku bahasaku
berpadu di dalam citramu
kebyar kebyar pelangi jingga
lagu kebyar kebyar grup cokelat membahana di stadion bulutangkis senayan. ribuan penonton ikut bernyanyi. tak lama atlit2 thomas dan uber indonesia masuk ke lapangan. nyanyian penonton semakin keras. stadion terasa bergemuruh. tepuk tangan penonton mengiringi para atlit menuju lapangan hijau. sebuah penghormatan terbesar bagi para wakil indonesia yang berlaga di event bulutangkis internasional yang tahun ini digelar di jakarta.
tidak ada yang lebih membanggakan dan mengharukan daripada menyanyikan lagu itu saat itu. jiwa rasanya benar2 bergetar melihat kita yang asing satu sama lain bersama mengumandangkan lagu kebangsaan. stadion telah benar2 menyatukan kita yang datang dengan satu tujuan, membela bangsa indonesia. bendera merah putih berkibar. belum pernah sepertinya ada rasa bangga sebesar ini. seakan dada ingin meledak dan melesakkan si rasa bangga. nasionalisme melambung tinggi tak terelakkan lagi.
indonesia!..indonesia!..indonesia!..
nama bangsa terus diteriakkan. mengawali, menemani, sampai mengakhiri laga para atlit. kalah dan menang ternyata nomor dua. yang penting adalah semangat para atlit harus ditumpahkan di tengah lapangan. jangan sampai kendor. jangan sampai menyerah. sumpah, penonton tak juga diam, termasuk saya, meski tenggorokan rasanya kasar dan masam. satu botol air putih tetap saja tak bisa memadamkan teriakan penonton. gila stadion dibuat mereka. dada sekali lagi mau pecah. bendera indonesia tak juga henti dari berkibar.
siapa bilang bangsa ini tak lagi berjuang. di stadion itu saya menjadi saksi pertarungan yang sengit. jatuh bangun para atlit adalah perjuangan mereka. keringat mereka menjadi darah yang tumpah dalam pertempuran. tapi penonton adalah senjata yang mematikan. saya yakin itu dirasakan para musuh. mereka mungkin berkeringat dingin menyaksikan penonton tetap setia mendampingi para pahlawan mereka hingga titik keringat penghabisan.
saat itu, saya bangga sebagai bangsa indonesia. saya lupakan kekesalan saya terhadap negara yang semakin terpuruk. saya diam tak menghujat mereka yang saya anggap musuh meski sebangsa dengan saya. kami sama dan bersama. saat itu saya junjung tinggi indonesia seperti bendera merah putih yang saya kibarkan dengan satu kata lantang, "indonesia!.."
satu nusa, satu bangsa.
satu bahasa kita.
tanah air pasti jaya.
untuk slama-lamanya..
Comments