Pulang
Barusan saya mampir ke rumah yang telah lama kami tinggalkan. Rumah itu telah kosong hampir setahun lamanya. Saya berdiri di depan pagar, menatap dalam-dalam pondasi yang pernah menjadi tiang penyangga cerita bahagia. Dahulu, saat semuanya mengalir indah. Dari balik pagar rumah kami nyaris runtuh karena tak terurus. Dindingnya yang dulu putih gading kini telah menghitam. Catnya pun mengelupas membawa kisah kehidupan yang dulu melekat kuat tak terpisahkan. Dari balik kaca jendela biasanya kami ada. Menimbun bahagia yang tidak kalah meriah dari pesta ulang tahun sekumpulan bocah. Bersama anak-anak yang tumbuh dewasa, kami perlahan menyatu sebagai keluarga. Kini bahagia itu sudah tidak tampak lagi. Ilalang yang tumbuh tinggi menghalangi pandangan saya yang mencoba menembus sisa-sisa kaca yang kebanyakan telah pecah. Saya lihat halaman rumah kami tak lagi sama. Bunga-bunga kisah satu persatu sudah layu membuat daun-daunnya berhamburan di tanah. Belum sempat saya punguti, tiba-tiba saya m...