Posts

Showing posts from March, 2011

panggung dagelan

Namanya saja negara dagelan. Ulahnya kadang lucu. Punya daya tarik yang biasanya menjengkelkan. Dagelan yang rajanya Raja Guyon adalah negara panggung sirkus. Gerombolan badut yang necis dibalik jasnya, berlaga dengan seragamnya meski sulit menyamarkan kelakuannya yang brutal. Ketika belahan dunia lain sibuk memberesi kelakuannya, negara dagelan tidak juga bosen bertingkah. Urusan agama yang jadi kuasa Tuhan, dibuat jadi konsumsi politis. Semua pun pengin berperan jadi Tuhan, namun menghakimi dalam bentuk yang salah. Bahkan kebablasan lewat praktek kekerasan. Seakan-akan itu jalan keluar kilat untuk menyelesaikan persoalan. Sudah berulah, ngaco pula. Negara dagelan semakin sering praktek di muka bumi tanpa memedulikan hukum. Uang jadi kasta tertinggi sebagai alat tukar untuk membeli produk hukum. Membuat sarjana hukum dan pendidikannya yang bertahun-tahun tampak tak berarti. Badut-badut negara dagelan makin sering main hakim sendiri. Membuat episode drama pengadilan yang tan...

Puisi Sebelum Tidur

Ayang.. Mataku dah lima wot. Dan aku gak mau sewot. Aku mau tidur. Sambil mendengkur. Kantuk yang dah kupupuk, mau ku bawa ke pulau kapuk. Malam ini dingin, tetap ada yang kuingin. Bermimpi. Ada kamu di sisi. Berjibaku. Dengan kamu di pelukku. Kalau saja semua ini benar. Takkan ada yang kutukar. Setiap detik. Takkan ada yang kupetik. Setiap jelang, akan selalu kuulang. Sayang.. Aku ingin bermimpi. Semoga tanpa henti. Tentang dirimu. Pengisi hari-hariku. Aku ingin mimpi yang merdu. Seperti senandung lagu. Layaknya puisi. Ku ingin mimpi yang puitis. Tanpa tangis. Tanpa sesuatu yang membuatku meringis..

Lorong

Matanya mengintip dari balik rongsokan yang lama teronggok di gudang. Tempat itu gelap, pengap, dan tepatnya di loteng. Tempat terakhir yang biasa dikunjungi orang. Sinar matahari kadang ogah menyelinap masuk ke tempat yang mirip lorong itu. Hari ini ia membuat pengecualian. Secuil sinarnya mampir dan kebetulan menyorot mata bocah itu. Sedang apa dia? Tanyaku berbarengan dengan rasa penasaran. Meski sebelah mata, masih bisa kulihat bola matanya lurus menatapku. Dua tiga helai rambutnya menutupi keningnya. Ada tatapan lelah dari matanya meski ia sembunyikan betul. Ayo kemari, panggilku. Namun yang dipanggil belum juga beranjak. Sampai kudekati perlahan ia baru bergerak mendekatiku. Giliran aku yang was-was. Waspada akan apapun yang bisa dilakukan bocah asing itu. Aku maju selangkah. Ia semakin mendekat. Semakin aku bergerak, ia semakin tak berjarak denganku. Aku kaget. Si bocah bukanlah bocah. Berambut pendek, tak lebih tinggi dari aku, kulit sawo matang dan tampak dewasa. Semakin jela...

Guratan Warna

Image
Sepertinya matahari sedang tersenyum padaku. Serumpun ilalang juga sedang menghiburku dengan goyangan tertiup angin. Tak satu titik hujan menodai bahagiaku. Gerimis pun minggir. Seakan alam tak membukakan gerbang bagi para pengacau perusak hidupku. Pelangiku. Akhirnya kau hadir mewarnai panorama hidupku. Lama sudah mendung merenggut setiap napas hidupku. Perlahan, kau buka lembar demi lembar hariku yang dulu penuh hujan tangis. Kau muncul menyembul di balik awan. Warnamu begitu memesona. Melukis kekosongan jiwaku yang tlah lama menjelma jadi lautan angkasa. Luas dan sepi. Pelangiku. Warnamu pudarkan awan yang pucat. Menembus bumi dan seketika menghujam jiwaku. Kau lukis hariku menjadi sebuah petualangan penuh teka teki. Seru sekaligus memusingkan. Menjebak tapi mengasikkan. Kau tahu rasanya berkelana dengan roller coster? Pernah dengar orkestra jangkrik di malam hari? Tahu rasa marihuana? Atau pernah melihat siluet sunset? Begitulah dirimu padaku. Kau seru...