Ngepak

Sydney, 19 mei..

Koper itu dipastikan akan penuh sesak. Tidak lagi dijejali baju dan kerabat-kerabatnya, tapi akan ada seperangkat oleh-oleh khas negeri ini. Seserahan yang nanti bakal diberikan pada empu-empunya itu bakal mencaplok tiap sudut dan ruang kosong koper berwarna jreng itu.

Aku selalu suka mengepak koper. Selalu ada waktu khusus yang kusiapkan untukku berkontemplasi dengannya. Namun aku baru mendekati koperku dan mengepak disana setelah yakin apa-apa yang mau dibawa sudah cukup. Seakan sedang bercengkrama dengannya, aku biasanya tekun memasukkan satu persatu barang-barang pribadiku dengan rapih dan yang terpenting muat sesuai ukuran tas viberku itu.

Hari ini terselip waktu khusus itu. Aku harus tahu kapan saat yang tepat untuk mengepak. Berbeda saat berangkat kemarin, kali ini koperku bakal membeludak volumenya. Barang-barang pribadiku yang sebulan ini berada di negeri orang akan kukembalikan lagi ke tempat asalnya, bersanding dengan barang-barang seserahan alias oleh-oleh. Ini berarti ketekunanku akan diuji betul-betul sampai semua barang masuk dalam koperku. Sebuah tantangan yang mengasikkan.

Sebetulnya aku suka mengepak koper. Membuat tampilan tas viberku tampak semakin gagah karena mampu melumat semua barang ke dalam tubuhnya yang tak begitu besar. Seharusnya aku senang saat kontemplasiku dengannya tiba. Namun tidak hari ini. Tidak juga kali ini. Mengepak koperku hari ini, berarti aku mengepak kehidupanku dengannya. Dan entah, kapan koper kehidupanku dengannya akan dibuka kembali..



Comments

Popular posts from this blog

Pesan

Biarkan

Cinta