Berlabuh

Bisakah seekor burung menjelajah melewati ratusan pulau? Menyeberangi samudra tak bertepi? Melewati gunung-gunung yang mengepul? Mampukah ia manahan pedasnya hujan dengan kedua mata kecilnya? Menembus pesatnya angin hanya dengan kedua sayapnya?

Seandainya ia ingin bersandar, bisakah ia berbaring beralaskan awan? Kalau ia berkawan sepi, maukah rangkaian rasi bintang berteman dengannya? Dan ketika malam mencekam, sudikah bulan sang penguasa malam merangkulnya?

Dan ketika pagi menjelang, maukah sang mentari menebarkan sebagian sinarnya untuk menerangi perjalanannya? Menyimpan sebagian teriknya ketika matahari tengah meraja? Dan menghangatkan tubuhnya saat matahari pamit dan terbenam?

Bagaimanapun, ia hanyalah seekor burung. Yang suaranya tak lagi bergema dalam luasnya angkasa. Yang kepakannya kian melemah ketika hari terus melangkah. Namun ia terus menukik. Menuju satu-satunya daratan tempat ia akan berlabuh. Ke kebisingan yang ia kenal betul. Bersama sekawanan burung berkaki merah. Bersuara serak. Berdada putih bersih.

Di dermaga itu ia kembali. Kali ini untuk bersandar selamanya. Welcome home birdie..

Comments

Popular posts from this blog

Pesan

Biarkan

Cinta