Tabir Pagi

Entah dari mana kalimat itu akan mengambil posisi startnya. Dimana ia akan memulai dan dimana ia menentukan garis akhirnya. Bagaimana kata-kata itu akan terucap tanpa harus menyakiti hati dan perasaan. Seperti apa penyampaiannya hingga kekacauan yang tidak pernah diundang itu selamanya tiada. Tenggelam bersama masa lalu yang telah lama jauh tertinggal. Yang kutahu aku berhutang separuh hidupku padanya. Dan bayaranku adalah separuh hidupku yang lain.

Kuharap saat kupertaruhkan separuh hidupku ini, bukan bayaran mahal yang kuperoleh, melainkan kedua tangan yang terbuka dan menyambutku. Sepasang bahu yang siap menjadi jangkar seandainya perahuku terombang ambing menahan gelombang pedih. Menerimaku, karena memang beginilah Tuhan mengisahkan dan melukis hidupku. Sebuah buku kehidupan yang tidak melulu merupakan penuturan dongeng dengan akhir bahagia.

Kuharap, bagimu juga untukku, semua ini nantinya hanya akan menjadi tabir pagi lainnya yang selalu datang setelah malam menutup tirainya. Dan dimanapun, kapanpun, kau selalu disana. Melihatku tanpa satupun yang harus berubah.

Comments

Popular posts from this blog

mari gemukkan badan

Masa lalu, kenangan, dan sejarah

sandiwara Tuhan