Bicara atau Curhat

Pembelajaran terbaik adalah ketika pengalaman menyadarkan saya tentang sesuatu. Kalau saja saya tidak mengalami pengalaman itu, bisa jadi saya tidak akan pernah mendapat pembelajaran yang penting ini.

Menarik ketika saya ditegur dalam sebuah obrolan. Saya dibilang tidak lihat inti dari sebuah pembicaraan. Saya juga dibilang menghakimi. Kalau saja tidak terjadi untuk yang kedua kalinya, mungkin saya hanya menganggap masalah ini angin lalu. Dan di saat yang kedua kalinya ini, teguran itu melayang kepada saya.

Dimana masalahnya? Saya sadar saat pengalaman itu "berbicara" pada saya. Belakangan, saya lelah ketika orang suka menghakimi saya atas sesuatu yang belum tentu benar. Akhir-akhir ini saya capai mendengar masukan bahkan solusi atas sesuatu yang belum tentu ada. Sampai saya berkesimpulan, saya muak dengan semua ini. Padahal saya hanya ingin bercerita. Saya hanya ingin didengar. Sebaliknya, yang saya dapat adalah saya dicap sebagai "orang yang (selalu) salah".

Namun tanpa saya sadari, saya telah melakukan itu ke orang lain. Saya (mungkin) telah membuat muak orang lain. Saya menghakimi seseorang di saat ia hanya ingin bercerita. Di saat ia hanya meminta saya menjadi pendengar yang baik. Dan ketika saya melakukan ini, saya (mungkin) telah kehilangan seorang teman bicara.

Kalau sampai itu terjadi, atau mungkin sudah dan saya terlambat memperbaikinya, minimal saya punya pengalaman berharga untuk saya lihat lagi dan belajar dari momen tak terlupakan itu.

Comments

sugnelagi said…
Berbagi itu salah satunya membiarkan kedua telinga lebih aktif dibanding mulut yg cma satu, hehehe....
Neko said…
Nah! saya harus melakukan itu, haha.. Thanks for being a reminder.

Popular posts from this blog

mari gemukkan badan

Masa lalu, kenangan, dan sejarah

sandiwara Tuhan