Posts

Showing posts from March, 2015

Lari

Hari ini saya mencoba lari lagi. Sore yang sempurna. Sinar matahari tidak terlalu mentereng, sebaliknya mendung yang pasang badan. Jaga-jaga kalau perlu hujan mungkin. Takut tanpa aba-aba hujan turun, saya segera pasang sepatu, ikat yang benar, dan melesat lari. Saya berlari menyusuri arus manusia. Perhatian saya tertuju pada mereka. Budayanya sekarang, properti lari bisa sangat komplit. Ipod musik dipasang melingkar di lengan, earphone/headphone tercantel di kuping, baju warna spotlight yang bisa terlihat dari kejauhan juga lampu terpasang di kaki buat yang berlari pada malam hari. Teman lari mereka juga macam-macam. Ada yang bersama teman, suami/isteri, pet kesayangan, bahkan ada yang berteman dengan kesendirian. Kadang ada yang sambil komat kamit bernyanyi, ada yang sembari mengobrol, dan ada yang tidak bersuara sama sekali. Saya berlari dalam diam, karena diam-diam saya tengah berhitung angka. Kalau lari saya tidak terhenti di hitungan ke-100, itu berarti saya telah memecahka...

Lukisan

Pernahkah kamu memejamkan mata? Membayangkan kamu mengayuh sepeda tuamu. Berkelana tanpa khawatir jarak yang mengujimu. Berkendara tanpa takut serbuan kendaraan menguntitmu. Tanpa merasakan sinar matahari yang bandel membakar kulitmu. Hanya ada kamu dan sepeda tuamu. Berkelana ditemani pepohonan rindang di kiri kanan. Dahan-dahan ranting menari tertiup angin. Seolah menyapamu untuk singgah. Roda sepeda tuamu terus berputar. Seperti tak kenal lelah, terus berjalan meninggalkan serdadu pohon. Di depan hamparan laut siap menyapamu. Deburan ombak dan suara burung laut mulai terdengar. Bersahutan mengajakmu bicara. Mengajakmu bermain di hamparan warna biru muda yang luas. Hanya kamu, sepeda tuamu, dan sebuah lukisan alam yang indah. https://www.youtube.com/watch?v=Yp0j8VT3U-E

Here I Come

Malam ini saya masuk sebuah gerbong. Banyak manusia disana. Banyak omongan disana. Ramai, meski malam kian larut. Perlahan saya ikuti perbincangan mereka. Macam-macam obrolannya. Saya pendatang baru, tidak perlu belagu. Duduk saja sudah bagus. Sambil tetap dengar kiri kanan. Ada satu tema menarik. Saya tarik bangku mendekat ke kerumunan itu. Wajah mereka tidak saya kenali. Buram malah. Mereka punya nama, entah samaran atau benaran. Mereka juga berbentuk. entah polesan atau asli itu wujudnya. Ketika mereka bicara panjang lebar, ketika topik mulai hangat, ketika semua kerumunan menoleh pada mereka, saya berteriak, "Bisa!". Satu kata saya tersembur di blog baru itu. Pendek tapi menjawab obrolan mereka. Here I come, saya bilang dalam hati.

20.20

Image
20.20 adalah waktu kembalinya saya pada plinplan. Tepat hari ini, saya kembali pada blog yang lama saya tinggalkan. Siapa sangka saya kesulitan untuk log in. Kalau lupa, segalanya bisa terjadi bukan? Bisa saja saya kehilangan kemampuan menulis. Knock on wood (tok, tok!). Saya baru saja menyudahi membaca 2 buku. Yang pertama berlatarbelakang negeri Pakistan, yang kedua negeri Cina. Dua negara berbeda budaya, punya kearifan lokal berbeda juga, tapi punya kesamaan cerita. Sama-sama kisah yang getir. Saya selalu tertarik dengan kisah pilu. Tentang perang, tentang kematian, kisah kehilangan, banyak tangisan. Meski menangis tidak selalu identik dengan pilu. Toh saat bahagia, kita kadang menangis kan?  Buku ketiga mengisahkan suasana konflik di Gaza. Lagi-lagi kisah yang berujung kesedihan. Bahkan kengerian. Saya siap menitikkan air mata. Meski harapan saya endingnya cerita bahagia. Who knows?