Hilang harapan atau waras?

Belakangan melihat kisruhnya Jakarta, yang macet, yang infrastruktur lama kelarnya, yang banjir atau genangan muncul saat hujan belum lagi deras-derasnya, jujur, saya mengaku dan sempat terucap, "Saya khawatir kehilangan harapan dengan kota ini". Namanya manusia yang lahir dari generasi yang kelelahan akibat segudang problema, saya terbawa arus yang mengedepankan hal-hal buruk diatas kebaikan yang tersembunyi.

Di tengah pilihan antara kehilangan harapan dan kembali waras, saya blusukan di kota ini sambil mencari-cari kebaikan dari setumpuk keburukan yang menggunung. Satu yang saya sadar bahwa kota ini sedang berusaha untuk berbudaya di tengah terperosoknya moral dan manusianya macam kecelakaan Kapal Titanic.

Peristiwa seperti festival musik, festival makanan, teatrikal yang adegannya banyak mengkritisi pemerintah, pameran sampai pertandingan olahraga kelas kandang maupun dunia, bisa jadi hanya sebuah lipstik untuk mempercantik kota yang slogannya (menurut saya harus diganti) "Enjoy Jakarta". Namun, banyaknya acara berbudaya ini cukup menghibur saya untuk tetap bersabar menghadapi sang kota semrawut, tentunya tanpa mengagungkan sisi komersial sebagai konsekuensi dari masyarakat yang ingin dianggap berbudaya.

Comments

Popular posts from this blog

Pesan

Biarkan

Cinta