may 18; kebangkitan demokrasi korsel
tidak ada yang indah dari sebuah peperangan meski digarap dalam sebuah film yang dibungkus dengan komedi. itulah film may 18 yang mengisahkan tentang pembantaian warga kota gwangju di korea selatan. awal2 film bernuansa komedi yang jarang disuguhi di setiap film perang, sehingga hampir tak percaya bahwa ini adalah film yang berakhir tragis. setelah browsing sana sini mencari keutuhan dari kisah insiden 18 mei di gwangju, ternyata film ini memperlihatkan awal kebangkitan demokrasi di korea selatan. meski tidak seutuhnya mewakili sejarah yang sebenarnya, film ini tetap menarik untuk ditonton. setidaknya buatku yang benar2 awam dengan tragedi gwangju ini.
peristiwa pembantaian gwangju berawal dari insiden ditembaknya presiden park chung-hee pada oktober 1979, digantikan oleh Choi Khu-Ah (kini telah almarhum). rakyat korea menganggap pemerintah tak becus mengurus negara. demonstrasi meledak dimana-mana. pemerintah menetapkan berlakunya undang-undang darurat. pelajar dan mahasiswa turun ke jalan menuntut agar presiden choi kyu-ah mencabut undang-undang darurat itu.
panglima komando pertahanan dan keamanan letnan jenderal chun doo-hwan mengambilalih kekuasaan pada 12 desember. protes massal yang semula berjalan damai, memanas ketika sang jenderal memerintahkan menutup kampus-kampus pergerakan, melarang setiap kegiatan berbau politik, menangkapi aktivis mahasiwa dan pembangkang politik, antara lain kim dae-jung, kandidat presiden dari partai oposisi, partai demokrasi baru.
penahanan kim dae-jung, yang berasal dari gwangju, ibukota propinsi chola, membuat penduduk marah besar. apalagi, selama 16 tahun di bawah pemerintahan presiden park chung-hee daerah selatan ini merasa dianak tirikan. penduduk cholla, yang saat itu berjumlah 800 ribu jiwa, masih saja miskin, sebaliknya propinsi tetangganya, kyongsang, hidup makmur dari hasil pembangunan industri.
pada 18 mei 1980, sekitar 200 ribu pelajar dan pekerja memenuhi jalan-jalan utama gwangju. mereka menduduki kantor pemerintahan provinsi dan beberapa kantor pemerintah lainnya. pos-pos tentara dan gudang senjata dirampas. Anak-anak muda gwangju yang terlatih sebagai tentara juga merebut panser dari pabriknya. bentrokan tentara dan demonstran tak bisa dihindari, tercatat 107 orang tewas dalam masa itu. selama sembilan hari para pemuda yang dibantu rakyat menguasai Kwangju.
merasa wibawanya diinjak-injak, letnan jenderal chun doo-hwan yang mengambil alih pemerintahan menerjunkan 17 ribu pasukan khusus. dengan alasan para pemuda gwangju dibantu kaum komunis korea utara, tentara mengepung kota melalui bukit-bukit di sekitar gwangju. tank lapis baja bergerak, belasan helikopter terbang rendah. tentara dengan senjata m-16 menyerbu tempat-tempat penting yang dikuasai demonstran.
perang kota pun pecah, secara brutal tentara masuk ke rumah-rumah penduduk yang diduga menjadi tempat persembunyian para pemuda milisi gwangju. dalam dua jam tentara jenderal chun doo-hwan menguasai kota. tim shorrock, analisis politik, menemukan dokumen yang menunjukkan pemerintah amerika serikat terlibat dalam menyokong gerakan pasukan chun doo-hwan meski dibantah oleh sumber resmi as di seoul saat itu.
secara resmi pemerintah menyebut 19 orang tewas, namun diperkirakan dua ribu orang tewas dalam pembantaian itu. para korban kini diabadikan dalam pekuburan nasional dengan sebuah monumen di gwangju.
(sumber: tempo)
Comments