Posts

Showing posts from February, 2010

Tebak-tebak plat nomor

“AB plat nomor mana?” Matanya nanar melihat plat nomor polisi kendaraan di depan kami. Kendaraan itu diam. Hanya ada satu arti. Jalan macet. “Jogja..,” jawab saya. “BL?” “Aceh. Baru kemarin kesana. Jadi masih ingat.” Masih teringat penjelasan seorang teman yang saya sangka gurauan. “Orang Aceh itu kalau mau buat plat nomor, bilangnya mau buat BL. Itu betul loh.” Karena bukan guyonan, jadi saya hanya mengangguk-angguk. “BK?” Moodnya sedang ingin bermain rupanya. “Bengkulu?” jawab saya lebih pada bertanya. Bisa saja BK kependekan dari Bengkulu kan? “Medan.” Kemenangan tersungging dari bibirnya. “Kalau BG apa?” Saya mulai terpancing. Tak mau kalah tepatnya. “Hmm.. mana ya BG?” Wajahnya berusaha mengingat sesuatu. “Palembang. Dulu plat mobil teman BG soalnya,” saya menimpali dengan mantap. “BE apa coba?” Saya mulai ketagihan. “Mana ya?” Saya senang. Ia bingung. Saya menang. Ia linglung. “Lampung. Mobil teman soalnya BE.” Saya seraya mengibarkan bendera kemenangan. “Kalau G?” tanya saya la...

Masa lalu, kenangan, dan sejarah

Saya yakin, semua orang punya semua itu. Jangan hubungkan dengan kualitas masa lalu yang kelam atau gelap atau pahit atau indah. Intinya, memiliki hidup yang berbuntut sejarah, kenangan, atau masa lalu. Hidup tanpa masa lalu, tanpa kenangan, apalagi sejarah, tidak lebih dari makanan dengan cita rasa hambar. Beruntung saya punya. Begitu banyaknya kenangan dalam hidup saya, sampai-sampai saya lupa mana yang terindah, mana yang getir. Namun saya ingat masa lalu terakhir saya. Seingat saya, ia tergeletak tak berdaya di atas bus yang membawa saya pulang malam itu. Tidak, saya tidak membiusnya seperti tren tindak kriminal yang sering terjadi di atas bus kota. Saya bukan penjahat, bukan juga orang sekeji itu. Saya memutuskan untuk meninggalkan masa lalu saya yang pernah membuntuti saya seperti anjing yang setia pada tuannya. Mengapa? Jujur saja, saya ingin meneruskan hidup saya. Tanpa ikatan masa lalu yang sempat membuat jiwa saya mati lemas. Bayangan kenangan itu memang pernah lama menempel ...

Tulisan Masa Lalu

Sebuah tulisan terselip di antara tumpukan file. Ujung kertasnya menyembul sehingga menggoda sekali untuk saya ambil. Judulnya cukup eye catching . Nama seorang sobat. Saya ingat, saya buat tulisan itu dulu sekali. Saat dia masih di luar negeri. Saat semuanya berjauhan. Saya dan dia. Artikel itu untuknya. Saya ingat itu, hanya lupa mengapa saya menulis untuknya. Dulu kami dekat, tapi sudah lama tidak lagi. Mungkin kesibukan di antara kami yang membuat ada jarak. Tapi bisa juga karena jarak yang lain. Lintas batas negara maksud saya. Meskipun kami pernah jauh, status Sobat tetap saya berikan untuknya. Entah kenapa, dia tidak bisa tergantikan. Membaca tulisan itu, saya jadi teringat dua peristiwa yang pernah mampir dalam hidup saya. Semua tergambar begitu jelas seperti ingatan yang melesat dan pecah di kepala saya. Serpihan ingatan itu satu persatu membentuk seperti mainan puzzle, meski satu sama lain tidak terkait hubungan apapun. Tapi tulisan itu memadukan dua peristiwa menjadi sebuah ...

my woman in red

Sudahkah saya mengenalkan dia padamu? Dia yang sudah berbulan-bulan bersama saya. Belum juga saya perkenalkan? Menyebut namanya saja tidak? Ohya? Begini. Setengah tahun yang lalu. Itulah waktu kami bertemu. Di tengah rasa khawatir, dihantui rasa takut, diserbu rasa penasaran, dan dengan modal nekat yang membludak. Saya memutuskan bertemu dengannya. Saya ingat sebuah film. Woman in red. Dia dibalut gaun merah. Cantik sekali. Namanya begitu lantang. Sebuah goresan nama yang begitu menantang di gaun merahnya. Lalu lekukan tubuhnya. Duh, aduhainya.. Memesona setiap yang memandang. Tubuh yang sempurna dan menggoda setiap mata yang memandang. Terkadang matanya berkedip seperti penggoda di malam hari. Saya dibuat malu. Tapi itu dulu, saat baru mengenalnya. Tapi kini, saya telah mengenalnya. Sekarang saya yang pegang kendali. Dia tunduk pada saya, meski bukan berarti dia budak saya. Saya menjadi dominan, meski bukan berarti membuatnya bertekuk lutut. Tapi ada saat-saat ia mengambil semua kenda...

Potong Rambut dan Hubungan

Saya bukan blogger sejati. Terbukti, blog saya ini sudah sekian lama saya tinggalkan. Terakhir isinya hanya cerita sedih dan kesedihan itu pula yang membawa saya jauh dari blog pribadi ini. Percaya tidak kalau emosi bisa membawa kita menjelajahi kata-kata sehingga terangkailah kalimat dan jadilah sebuah tulisan? Nah, saya takut itu terjadi (lagi). Karena seperti kaset rusak, maka tulisan saya akan berulang dan jadilah cerita sedih (kembali). Lalu apakah ini berarti saya akan membuat cerita sedih? Bisa saja, hanya kali ini saya menolak. Minimal kemarin saya sempat berpikir tentang sebuah teori yang bisa jadi sebuah ide bagus untuk blog yang telah lama saya tinggalkan. Minimal (juga) blog saya yang lama dahaga, kini bisa bernapas lega karena saya telah kembali. Teori ini mengenai dua hal yang jauh berbeda, namun ternyata dekat sekali artinya. Potong rambut dan hubungan. Sekilas tidak tampak kedekatan arti di antara dua kata itu. Ijinkan saya untuk menjelaskan. Anda pasti pernah dan tidak...